Rabu, 06 Mei 2015

Tenang aja!

"Sorry, lama! hehe,," Dina terkekeh sambil menghenyakkan pantatnya di atas karpet.

"Yaelah, lama banget sih! Orang udah lapar, nih!" Vano cemberut, lalu berdecak kesal.

"Maaf, maaf... kan bikin mie dulu." ujar Dina sambil menyodorkan mangkuknya dengan wajah menyesal.

Laki-laki itu tersenyum maklum, kemudian menggerakkan tangannya seperti hendak membelai helaian rambut Dina. "Yaudah, yuk makan! hehe..." ucapnya sambil mengangkat sendok.

Mereka pun menyuap mie masing-masing dengan penuh semangat.  Tak hanya itu, mereka mulai berbagi cerita tentang hal-hal yang mereka lalui sepanjang hari ini.

"Eh, gimana seminar proposalnya? tadi aku liat status fb kamu kayaknya kewalahan banget, ya?" Tanya Vano setelah meneguk segelas air.

Dina meletakkan mangkuknya, lalu meneguk air putih yang ada di sebelah mangkuk itu. "Banyak revisi! Parah banget." wajah gadis itu tertekuk dengan bibir cemberut yang membuatnya tampak lucu.  "Tapi untung dosen yang ngawas pak Anto, walaupun ngasih kritik segunung, beliau juga ngasih saran." Seulas senyum lebar mengembang di bibir tipisnya.

"Oh, pak Anto yang sering kamu ceritain di BBM itu ya?"

Dina mengangguk. "Kamu kuliahnya gimana hari ini? jangan bilang si cewek nyebelin itu ngegodain kamu lagi, ya?"

"Hahahaha.. jealous, ya?" Vano terbahak, "Dia sexi lho, manis lagi." Ucap Vano sambil tersenyum jahil. Tampak raut kecewa dari wajah Dina, matanya mulai menyorotkan kekhawatiran mendalam, membuat Vano menghentikan kejahilannya. Laki-laki itu menatap mata hitam Dina, lalu berucap, "Tenang aja, se-sexi apapun dia, se-manis apapun dia, tetap nggak se-berharga kamu." Vano mengakirinya dengan senyum lembut.

"Di sini," laki-laki itu menyentuh dadanya, "Di sini udah penuh ama kamu, nggak ada tempat lagi buat dia."

Dina menghela napas lega, lalu tersenyum lebar. "Aku harap itu kata-kata yang jujur dari kamu."

"Kamu meragukan kejujuran aku? kamu bisa mantau aku kapan aja, sayang. Kita bisa skype'an tiap hari, bisa bbm'an sepanjang waktu. Dan aku udah ada label "Not available" dengan adanya foto kita berdua di tiap profil media sosial kita."

"Iya, tau. Untung aku hidup di zaman sekarang, jadi aku gak akan khawatir soal kamu…" Ucap Dina sambil mengusap layar datar di hadapannya. Ya, hanya lewat layar berukuran 14 inch ini mereka berkomunikasi dalam 3,5 tahun ini. Tapi tak mengapa, mereka tetap merasa saling terhubung satu sama lain.

Dan, percakapan mereka terus berlanjut hingga kantuk menghampiri.

=====


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku